Thursday, October 07, 2010

Blessing in Disguise


“Kenapa harus gw?” Begitulah kalimat yg terlintas dibenakku ketika dikabari tentang tugas yang harus aku lakukan untuk beberapa bulan ke depan. Lewat SMS lagi. Kalau yang lain bisa nolak kenapa aku nggak boleh nolak? [Tiga bulan yang lalu]

“Alhamdulillah...” Everything is meant to be. Untung waktu itu aku ‘memaksakan’ diri untuk rela mengerjakan tugasku. Berkat ‘petuah-petuah’ dari senior dan tentunya penyadaran dari istriku tersayang :), aku berusaha mencari hikmah dari tugas itu [Sekarang]

Apa kabar kawan? Sudah lama juga gak nulis di blog ini. Selamat menikmati hari-hari ‘biasa’, setelah melewati hari-hari spesial di bulan Ramadhan dan Syawal. Yang aku tulis di atas itu beneran kejadian kemarin. Tugas apa itu gak usah kita bahas (rahasia perusahaan :)), aku cuma mau cerita enak-enaknya aja. Kalau istilah Andrea Hirata, madunya.

Tugas alhamdulillah bisa dilaksanakan, meskipun diawal ada yang meragukan. Terserah mau dibilang bagus apa jelek. Efek sampingnya, dalam waktu sekitar tiga bulan aku bisa menjelajahi 7 propinsi. Gratis. Meski kadang nombok juga buat beli oleh-oleh. Kalap hehehe...

Surabaya, Jawa Timur
Ini destinasi pertama. Berangkat naik Lion Air, balik ke Jakarta sama.
Tujuan pertama ini istimewa karena penugasannya mendadak banget dan aku sekalian ‘pulang kampung’ hehehe...Pakai tanda kutip karena aku bukan asli sini, tapi saat ini ortu dan adikku ada di kota ini. Siplah...Blessing in Diguise I.

Bandara: OK lah...mirip bandara Perth.

Wisata dadakan: gak sempet.

Makanan: Cuma sempet makan soto daging di jalam A.Yani deket belokan ke arah Gayungsari, Bebek Goreng Jemursari dan Rawon di Taman Bungkul.

Oleh-oleh: bandeng asap, kripik buah-buahan (Malang), petis, pisang ledre.

Kesan: panas & macet.

Batam, Kepulauan Riau
Baru nyampe Jakarta dari Surabaya, besoknya langsung berangkat ke Batam. Berangkat naik Lion (ada mbak2 nyalain HP diatas cuma buat dengerin musik alay...dasar 4L4y), balik naik Garuda (eh..ada headphone buat dengerin videonya, kirain cuma buat penerbangan ke luar negeri aja). Pengalaman pertama ke daerah Sumatra...Blessing in Disguise II. LA, San Diego, Perth, Sydney, Mekah, Madinah, Singapore, Hong Kong, Taipe udah pernah tp pulau-pulau di Indonesia selain Jawa, Bali, Lombok belum pernah. Memalukan. Madura pun belum.

Bandara: kok gak kayak Singapore?

Wisata dadakan: gak sempet, Cuma lihat-lihat toko/ruko di Nagoya yang aku kirain kayak Nagoya di Jepang. Salah besar.

Makanan: Sop ikan Yong Kee (pertamakali makan sop ikan). Enak juga. Biasanya doyannya cuma ikan goreng atau bakar atau asam manis. Sop ikan yang bening gitu gak pernah terlintas sekalipun dipikiranku untuk dipesan. Dipegaruhi temen akhirnya nyobain juga. Beneran enak dan gak amis. Makan seafood di deket dermaga penyeberangan ke Singapore. Enak dan bisa melihat pemandangan malam Singapore yag kerlap-kerlip dengan nelangsa....Ada lagunya: Di sana Terang di sini Gelap.

Oleh-oleh: coklat-coklat produk malaysia (aneh?), parfum-parfum yg gak tau asli tidaknya, keik pisang

Kesan: What have you guys done? Aku denger tentang Otorita Batam dari jaman SD. Bayanganku Batam udah kayak Singapore. Ternyata...

Banjarmasin, Kalimantan Selatan
YEEAAAHHHH!!! Langsung aja ini merupakan Blessing in Disguise III. Pertama kali ke pulau besar ini. Naik Garuda lagi. Ketemu ‘bolo plek’ (sohib) masa kuliah AO (dipanggil begitu apa karena suka minum Anggur Orangtua ya? Disingkat AO). Dapat temen baru. Pak Tua Baik Hati dari Banjarmasin. How are you Mr. Morgan Freeman? Mirip banget :)

Bandara: panas...toilet problem.

Wisata dadakan: pasar apung

Makanan: soto banjar (gerobak kaki lima di gang deket Ramayana). Pasti asli, otentik dan enak bener.

Oleh-oleh: Ikan Saluang (dikasih AO..thanks bro)

Kesan: Nice people. Pembangunan kotanya jangan ikut-ikutan kota-kota di Jawa dong. Semerawut. Jawa gak punya contoh tata kota yang bagus. Bikin model sendiri. Niru malaysia juga gak papa. Yang penting maju.

Palangkaraya, Kalimantan Tengah
Perjalanan darat dari Banjarmasin ke Palangkaraya sekitar empat jam. Lancar....Ya iyalah, soalnya dikawal Polisi sampe tujuan. Tiap perbatasan kabupaten /propinsi pengawalnya gantian. Misalnya: Pengawal dari kabupaten A berhenti di perbatasan, dan diseberang perbatasan sudah stand by pengawal dari kabupaten B. Dan semuanya dilakukan tanpa berhenti. Empat kali ganti. Nice coordination. Good job. Kayak orang penting aja kita hehehe.
Di Palangkaraya akhirnya bisa main ke tempat Bulikku. Pertama kali juga nih...Blessing in Disguise IV.

Bandara: kurang bersih

Wisata Dadakan: gak sempet...berendam & sauna aja di hotel.

Makanan: Gak sempet makan makanan khas sini. Pingin ngerasain rotan muda itu sebenarnya. Tapi sempet ditraktir Ketupat Kandangan (makanan Banjar). Gurih.

Oleh-oleh: kerupuk ikan pipih belida, kuku macan (krupuk ikan juga, bukan dari harimau), kaos motif Dayak dan bungkus HP motif Dayak.

Kesan: Panas menyengat. Tapi jalanannya lebar. Nice. Tetap begitu ya. Jangan niru kota-kota di Jawa.

Jambi
Bener-bener berada di tanah Sumatra. Kalo Batam kan di pulau yang terpisah. Blessing in Disguise V.

Bandara: Kecil...Toilet kaya di terminal bis di kabupaten mana gitu...
Wisata Dadakan: Gak sempet

Makanan: Cuma sempet ngerasain sop ceker pingir jalan (makanan khas sini bukan ya?)

Oleh-oleh: Kerupuk-kerupuk ikan, kemplang, lampok dan Mpek-empek (enak juga lho meskipun ada yang bilang gak enak, tp menurut aku dan keluargaku...ENAK).

Kesan: Kota ini perlu cat. Udah pada kusam tuh bangunan-bangunannya.

Bengkulu
Ketemu temen SMP yang sedang ada kerjaan di kota ini. 19 tahun man. Ketemu masih kelihatan ‘orang pare’nya meski lama di bandung. Siplah... Pastinya ini Blessing in Diguise VI.

Bandara: runaway-nya bergelombang

Wisata Dadakan: Rumah Pengasingan Bung Karno (merinding bo) dan pantai Nala(keren lho, cuma belum tergarap aja)

Makanan: soto (pake pala yang aneh rasanya)

Oleh-oleh: makanan yang kurang cocok di lidah terhapuskan oleh makanan-makanan kecil yang aneh-aneh dan enak-enak. Baytat (kaya nastar), manisan terong (kayak kurma), kopi 1001, lampok durian...Sweet....

Kesan: Gara-gara ketemu oknum tak bersahabat, jadi punya stereotype kurang enak. Gw yakin gak semua orang sini kayak oknum itu.

Manado, Sulawesi Utara
Yipiiieee....Blesing in Disguise VII. Pertama kali ke Manado, transit di Makassar, pertama kali ke Sulawesi. Pemandangannya bagus. Ada pantai ada bukit.

Bandara: Lumayan (Sempet transit di Makassar...bandaranya keren lho. Good job)

Wisata Dadakan: gak sempet [- _ -]

Makanan: Babi guling/kecap, paniki, bubur manado (semuanya gak berani nyobain hehehe...). Nasi padang juga akhirnya.

Oleh-oleh: Halua Kenari (paling TOP), Kacang goyang, bagea kenari, manisan pala, kue sagu keju. Ada juga ikan rowa (ikan asap untuk campuran dabu-dabu atau sayur), tapi gak beli karena gak tau cara masaknya.

Kesan: Nice place. Jangan ngikutin model pembangunan kota-kota di jawa ya...

Thursday, April 08, 2010

Corruptor: The Next Generation

Kasus Gayus, kasus Nazarudin, atau paling sederhana pungli aparat di jalanan agak 'sedikit' mengejutkan buat gw. Mengejutkan banget sih nggak karena alam bawah sadar orang Indonesia pd umumnya sudah punya kavling untuk memaklumi adanya hal2 seperti itu.

Dibilang mengejutkan 'sedikit' karena waktu gw masih kecil oknum yg melakukan korupsi atau pungli adalah orang2 dr generasi di atas gw. Lebih tua dr gw. Sedangkan kasus Gayus dkk menunjukkan bahwa telah terjadi regenerasi sistemik oknum2 yg melakukan tindakan2 ilegal seperti makelar kasus, korupsi, pungli, pemerasan oleh aparat dll.

Umur oknum2 itu ada yg dibawah gw dan permainannya tidak main2. Miliaran rupiah nilainya.

Mengejutkan tapi 'sedikit' aja. Karena pada kavling bawah sadar kita sudah terbangun prasangka (yg bisa jadi benar) bahwa aparat yg punya kekuasaan di lahan basah seperti oknum petugas pajak, oknum polisi, oknum jaksa, oknum hakim, oknum bagian pengawasan dan pemeriksaan di institusi apapun punya peluang dan pengetahuan yg memungkinkan untuk menyalahgunakan kewenangannya. (Wuiiihhh...panjang banget kalimatnya)

Merekalah...Corruptor: The Next Generation...

Sunday, April 04, 2010

Gila Bola / Crazy about Soccer (lanjutan)

Seperti janji gw di tulisan sebelumnya (baca Gila Bola / Crazy about Soccer), gw mau jelasin kenapa gw dukung Brasil di tiap Piala Dunia.
Jawabannya adalah:
1. Brasil gak pernah menjajah Indonesia. Gw paling anti tim2 dari negara2 yg pernah menjajah Indonesia seperti Belanda & Jepang. Termasuk jg negara yg pernah coba2 bantuin penjajah2 itu spt Inggris dan yg pernah coba2 mau menjajah spt Portugis.
2. Sama2 negara berkembang.
3. Sama2 di belahan bumi selatan.
4. Sama2 punya hutan tropis yg ditebangin scr ilegal & legal. Sama2 rusak kayaknya...We have to do something people!!!
5. Yg pasti tim bolanya bagus.
6. Sohib gw org Curitiba, Brasil. (Hai Cris...)

Kayaknya kategorisasinya gak obyektif nih. Hari gini memangnya masih ada yg obyektif?
Kronologis 'penangkapan' Gayus di Singapura aja ceritanya sangat subyektif.
Ah...Gayus banget sih elo...

Saturday, April 03, 2010

Gila Bola / Crazy about Soccer

"Glory...Glory Bayern Munchen," kata temen2 gw yg benci Manchester United (MU) atau paling tidak seneng kalau MU kalah dipertandingan melawan Munchen di Liga Champion Eropa beberapa hari yg lalu. Sindiran yg keras karena kata 'Glory...Glory' itu diambil dr lagu kebesaran MU.

Pendukung MU cuma bisa senyum kecut sambil menjanjikan pembalasan di leg kedua yg akan digelar di kandang MU.

Gw ngelihatnya aneh aja. Geli kadang-kadang. Kenal kagak pernah ketemu jg kagak, tp ulah penggemar bola di Indonesia memang unik. Ngebelain tim2 kesayangannya sampai segitunya. Ada yg dibelain begadang sampe pagi nonton bareng pertandingan timnya di rumah atau di kafe-kafe dgn resiko besoknya ngantuk di kantor atau di sekolah/kuliah. Beli merchandise yg harganya selangit. Ikutan jumpa fans dengan pemain2 kesayangannya. Kalau perlu sampai dikejar ke Thailand atau Singapura bila bintang pujaannya terlalu 'cemen' gak berani datang ke Indonesia. Atau ikutan tour ke stadion markas tim andalannya di Inggris, Italia atau Spanyol. Bisa megang rumput stadionnya aja girangnya udah kaya dapet emas sekarung. Pokoknya hal2 absurd semcam itulah. Kalau ketemu Andrea Hirata akan gw tanyain kelakuan fans bola semacam ini tuh termasuk penyakit gila nomer berapa kalau di Laskar Pelangi :)

Sebagian lain, ada yg fanatik dengan tim2 sepakbola dalam negeri meskipun nampaknya lebih pada semangat primordialisme daripada apresiasi terhadap prestasi tim. Sampai dibelain naik atap bis, kereta api, ngerampok pedagang makanan atau merusak fasilitas umum ketika tim kesayangannya menang apalagi kalau kalah.

Absurd!!! (Menurut gw sih hehehe)

Kalau gak setuju pendapat gw, (biar adil) boleh juga pertanyaan dan pernyataan di atas dilontarkan balik ke gw dengan mengganti tim sepakbola dengan nama band spt U2, Pearl Jam, G 'n R etc. Gw sadar kayaknya gw punya ke'absurd' an serupa meskipun dalam bentuk yg lain.

Ya udahlah, tiap orang kayaknya punya 'mainan' nya masing2. Selamat bersenang2 dengan menjagokan tim bola kesayangan masing2, tp jangan rusuh ya...

Eh satu lagi, kalau piala dunia gw punya jago...Brasil...Kenapa? Kita bahas lain kali deh...

Lokal gw jagoin tim2 bola Jawa Timur. Persik, Arema, Persebaya, Persedikab dll. Yg lain gak masuk hitungan hehehe...

Peace!!!

Thursday, April 01, 2010

Human Cyborg / Manusia Setengah Robot

images.google.co.id

Ingat film Terminator? Tokoh utamanya diperankan Arnold Schwarzenegger. Dia menjadi robot yang dari masa depan yang dikirim ke masa sekarang. Atau Robocop, Universal Soldiers, Solo atau untuk anda yang besar di jaman TVRI masih jadi satu-satunya tv di Indonesia pasti ingat The Six Millions Dollar Man dan Bionic Woman. Ada persamaan diantara tokoh-tokoh film tersebut. Sebagian Manusia dan sebagian Robot dengan proporsi yang berbeda-beda. Bisa juga disebut Cyborg atau cybernetic organism (wikipedia-pen). Perpaduan mesin dengan tubuh atau perasaan manusia. The Six Million Dollarman banyak unsur manusia sedangkan Terminator lebih dominan unsur robotnya. Yang pasti mereka menjadi ‘super’ diantara manusia biasa di sekelilingnya. Bisa lari lebih cepat, tenaga yang lebih kuat dan kelebihan lainnya.

Mengutip pernyataan dosen saya, Dr. Rod Giblett, manusia secara disadari atau tidak sedang mengarah menjadi Human Cyborg. Manusia setengah robot. Manusia yang mempunyai kemampuan ‘super’. Bisa jadi kita sudah pada kategori ini. Manusia beraktifitas sehari-hari dengan bantuan yang luar biasa dari teknologi. Bisa bergerak lebih cepat (dengan mobil, kereta, pesawat dll), bertenaga lebih kuat (dengan eskavator, traktor dll), bisa berkomunikasi jarak jauh dengan mudah (dengan telepon, handphone, internet dll). Semuanya dengan bantuan teknologi yang semakin lama membuat kita sangat tergantung dengannya.

Bayangkan kalau tidak ada alat transportasi, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak Jakarta-Surabaya. Atau bagaimana kelimpungannya kita ketika keluar rumah tidak bawa handphone (atau blackberry). Apa harus belajar telepati kayak jaman dulu? :)

Tapi sering kali perkembangan teknologi yang pesat ini kurang diimbangi dengan penyesuaian budaya kita. Sebagai contoh, sering kita lihat orang naik motor atau bahkan mobil menerobos lampu merah. Mungkin ini disebabkan taraf budaya kita sebenarnya masih dalam fase ‘jalan kaki’ (seperti jaman dulu yang tidak perlu pengaturan dengan lampu lalu lintas), sementara dengan kecepatan dan kekuatan motor sekarang penerobosan lampu merah bisa berakibat fatal buat diri pengendara atau orang di sekitarnya. Budayanya nggak ngejar teknologinya.

Banyak hal-hal lain yang kondisinya tidak jauh berbeda dengan contoh di atas (kurangnya penyesuaian budaya atas perkembangan jaman-pen). Misalnya, udah tahu kalu buang sampah di selokan itu bisa bikin alirannya mampet dan bisa mengakibatkan banjir, tetapi manusia toh tetep buang sampah di selokan. Udah tahu kalau banyak pohon itu akan membuat udara menjadi sejuk tetapi kenapa penanaman pohon tidak menjadi bagian yang terintegrasi dengan pembanguan perkotaan? Atau penggunaan Styrofoam untuk tempat makanan secara masiv di Indonesia tanpa adanya informasi bahwa barang-arang yang terbuat dari Styrofoam tidak akan hancur sampai ratusan tahun. Kita cenderung tergantung dengan hasil produksi teknologi baru tanpa tahu akibatnya.

Manusia yang lahir di ‘surga dunia’ kayak Indonesia ini nggak akan sadar bahwa gak ada tempat didunia ini yang seindah dan sesubur Indonesia. Lihat aja Australia. Tanah seluas itu yang subur cuma di bagian pinggir aja. Ke tengah udah gurun. Atau Singapura, pembangunan dan penghijauan berjalan bersama tapi tetep aja tanahnya cuma segitu. Kalaupun bisa diperluas dengan pengurugan lautnya pasti akan menimbulkan masalah dengan negara tetangganya.

Kata Counting Crows dalam Big Yellow Taxi, “That you don't know what you got till it's gone…They paved paradise and put up a parking lot.”

Pada akhirnya, kita toh tetep manusia yang terdiri dari daging dan darah yang membutuhkan makanan, air sehat, udara bersih dll. Kita bukan robot yang bisa di-charge dicolokan ke listrik.

Teknologi penting tapi pemenuhan kebutuhan dasar manusia tetap lebih penting. Jangan sampai unsur ‘Robot’ kita lebih dominan daripada sisi ke-‘Manusia’-an kita.

Jadilah ‘Human Cyborg’ yang bertanggung jawab. :)

Thursday, March 25, 2010

Writing The Body

This journal will describe some forms of writing on the body and also the interpretation of the term of writing on the body. According to Certeau (1984, 134), writing is the concrete activity that consists in constructing, on its own, blank space-the page- a text that has power over the exteriority from which it has first been isolated. There are at least two interpretations when talking about writing on the human body. First, writing on the body can be understood as a real activity writing some texts on the surface of human’s bodies. The second, writing the body can also have a connotation meaning. It means that the body is marked or written of so many symbol and status that influenced by the socio cultural factors.

First of all, the body can be written of some text such through tattooing or piercing whether it is permanent or temporary thing. Some culture has this kind of habit of using the body as the media in writing some text. The text written can symbolize so many meaning. For example, in Yakuza organization in Japan, the tattoo in someone’s body can be the symbol of affiliation and the status of a particular person in the organization. Another example of using the body as the media for written text is in Dayak tribe culture in Borneo/Kalimantan, Indonesia. The tattoo in their body can be the symbol of the maturity and also the social status in the community.

Secondly, the connotation meaning of writing the body is that the body has been marked and labeled by the written law and the socio cultural factors in the society. In Islam, the human body is depicted as a clean white paper when s/he is born. The human body is written and coloured by the influence of the parent, the socio cultural, the experience and any kind of factors that has contact with the growing body. Soon after born the baby will labeled as male or female. Then race or ethnicity also will be marked to the baby. The next thing is religion and then when the baby is grown up s/he will have the social status in the society. When s/he is following the fashion or music trend in this globalise society, s/he will add some more text into their body such as a rock person, an R & B person, a Nike person, a Esprit person and so on. Even until the body is pass away, it still has some marks. For instance, the society will recognise the death body as a good or bad person when s/he was still alive. While the body ends the journey in the world, it will has so many text, symbol, mark and label all over the body.

The connotation meaning of writing the body sometimes is one of the biggest problems in the history of human being. People cannot release themselves from the text written in their body. People can be fallen into trouble only because they have some label in their body. The history prove this phenomenon that can be seen from what happens to Jewish in the past, the Palestinian, the Bosnian, the Moslem, the Aboriginal people and there are still a long list of what can be caused by the writing the body.

Tuesday, March 16, 2010

'Point of View' (sebuah pencerahan)


Secara tak terduga comment seorang temen di status facebook ku menghadirkan 'pencerahan' bagi otakku yang sedang terkena syndrom tidak masuk akal.

Fakta apapun terlihat tidak masuk akal buatku. Yang masuk akal hanya yg sesuai dgn sudut pandangku sendiri.

Seperti ketika aku masukin film pendek karyaku untuk sebuah festival yg diadakan kedubes negara tempat aku belajar dulu. Ketika filmku gak termasuk yang di screening di main theatre dan melihat nama2 di poster promosi festival yang tercantum cuma nama2 yg sudah terkenal, sudut pandangku mengatakan hal itu tdk masuk akal. Buat apa ngundang orang ikut festival kalau jauh hari sebelumnya sudah ditetapkan karya orang2 terkenal itu buat discreening di main theatre? Filmku cuma dipamerin di foyer room doang. Percuma...

Eh...pas kasih kabar (setengah curhat) ke cameraman yang bantuin bikin film pendekku bahwa film kami gak masuk screening di main theatre dan cuma di pamerin di foyer room...cameraman sekaligus kawanku di desa ini kasih comment pendek...'Bisa ikut dipamerin di festival itu aja aku udah bangga mas'...

'TengTong'...comment pendek itu serasa lonceng yg mengingatkanku akan dahsyatnya 'sudut pandang' yang bisa mempengaruhi kebahagiaan kita sekaligus mengajariku untuk selalu bersyukur atas segala yg dianugerahkan Allah SWT padaku.

Suwun Rek...makasih kawan...thanks buddy..