Kasus Gayus, kasus Nazarudin, atau paling sederhana pungli aparat di jalanan agak 'sedikit' mengejutkan buat gw. Mengejutkan banget sih nggak karena alam bawah sadar orang Indonesia pd umumnya sudah punya kavling untuk memaklumi adanya hal2 seperti itu.
Dibilang mengejutkan 'sedikit' karena waktu gw masih kecil oknum yg melakukan korupsi atau pungli adalah orang2 dr generasi di atas gw. Lebih tua dr gw. Sedangkan kasus Gayus dkk menunjukkan bahwa telah terjadi regenerasi sistemik oknum2 yg melakukan tindakan2 ilegal seperti makelar kasus, korupsi, pungli, pemerasan oleh aparat dll.
Umur oknum2 itu ada yg dibawah gw dan permainannya tidak main2. Miliaran rupiah nilainya.
Mengejutkan tapi 'sedikit' aja. Karena pada kavling bawah sadar kita sudah terbangun prasangka (yg bisa jadi benar) bahwa aparat yg punya kekuasaan di lahan basah seperti oknum petugas pajak, oknum polisi, oknum jaksa, oknum hakim, oknum bagian pengawasan dan pemeriksaan di institusi apapun punya peluang dan pengetahuan yg memungkinkan untuk menyalahgunakan kewenangannya. (Wuiiihhh...panjang banget kalimatnya)
Merekalah...Corruptor: The Next Generation...
Thursday, April 08, 2010
Sunday, April 04, 2010
Gila Bola / Crazy about Soccer (lanjutan)
Seperti janji gw di tulisan sebelumnya (baca Gila Bola / Crazy about Soccer), gw mau jelasin kenapa gw dukung Brasil di tiap Piala Dunia.
Jawabannya adalah:
1. Brasil gak pernah menjajah Indonesia. Gw paling anti tim2 dari negara2 yg pernah menjajah Indonesia seperti Belanda & Jepang. Termasuk jg negara yg pernah coba2 bantuin penjajah2 itu spt Inggris dan yg pernah coba2 mau menjajah spt Portugis.
2. Sama2 negara berkembang.
3. Sama2 di belahan bumi selatan.
4. Sama2 punya hutan tropis yg ditebangin scr ilegal & legal. Sama2 rusak kayaknya...We have to do something people!!!
5. Yg pasti tim bolanya bagus.
6. Sohib gw org Curitiba, Brasil. (Hai Cris...)
Kayaknya kategorisasinya gak obyektif nih. Hari gini memangnya masih ada yg obyektif?
Kronologis 'penangkapan' Gayus di Singapura aja ceritanya sangat subyektif.
Ah...Gayus banget sih elo...
Jawabannya adalah:
1. Brasil gak pernah menjajah Indonesia. Gw paling anti tim2 dari negara2 yg pernah menjajah Indonesia seperti Belanda & Jepang. Termasuk jg negara yg pernah coba2 bantuin penjajah2 itu spt Inggris dan yg pernah coba2 mau menjajah spt Portugis.
2. Sama2 negara berkembang.
3. Sama2 di belahan bumi selatan.
4. Sama2 punya hutan tropis yg ditebangin scr ilegal & legal. Sama2 rusak kayaknya...We have to do something people!!!
5. Yg pasti tim bolanya bagus.
6. Sohib gw org Curitiba, Brasil. (Hai Cris...)
Kayaknya kategorisasinya gak obyektif nih. Hari gini memangnya masih ada yg obyektif?
Kronologis 'penangkapan' Gayus di Singapura aja ceritanya sangat subyektif.
Ah...Gayus banget sih elo...
Labels:
human interest,
sehari-hari,
sepak bola
Saturday, April 03, 2010
Gila Bola / Crazy about Soccer
"Glory...Glory Bayern Munchen," kata temen2 gw yg benci Manchester United (MU) atau paling tidak seneng kalau MU kalah dipertandingan melawan Munchen di Liga Champion Eropa beberapa hari yg lalu. Sindiran yg keras karena kata 'Glory...Glory' itu diambil dr lagu kebesaran MU.
Pendukung MU cuma bisa senyum kecut sambil menjanjikan pembalasan di leg kedua yg akan digelar di kandang MU.
Gw ngelihatnya aneh aja. Geli kadang-kadang. Kenal kagak pernah ketemu jg kagak, tp ulah penggemar bola di Indonesia memang unik. Ngebelain tim2 kesayangannya sampai segitunya. Ada yg dibelain begadang sampe pagi nonton bareng pertandingan timnya di rumah atau di kafe-kafe dgn resiko besoknya ngantuk di kantor atau di sekolah/kuliah. Beli merchandise yg harganya selangit. Ikutan jumpa fans dengan pemain2 kesayangannya. Kalau perlu sampai dikejar ke Thailand atau Singapura bila bintang pujaannya terlalu 'cemen' gak berani datang ke Indonesia. Atau ikutan tour ke stadion markas tim andalannya di Inggris, Italia atau Spanyol. Bisa megang rumput stadionnya aja girangnya udah kaya dapet emas sekarung. Pokoknya hal2 absurd semcam itulah. Kalau ketemu Andrea Hirata akan gw tanyain kelakuan fans bola semacam ini tuh termasuk penyakit gila nomer berapa kalau di Laskar Pelangi :)
Sebagian lain, ada yg fanatik dengan tim2 sepakbola dalam negeri meskipun nampaknya lebih pada semangat primordialisme daripada apresiasi terhadap prestasi tim. Sampai dibelain naik atap bis, kereta api, ngerampok pedagang makanan atau merusak fasilitas umum ketika tim kesayangannya menang apalagi kalau kalah.
Absurd!!! (Menurut gw sih hehehe)
Kalau gak setuju pendapat gw, (biar adil) boleh juga pertanyaan dan pernyataan di atas dilontarkan balik ke gw dengan mengganti tim sepakbola dengan nama band spt U2, Pearl Jam, G 'n R etc. Gw sadar kayaknya gw punya ke'absurd' an serupa meskipun dalam bentuk yg lain.
Ya udahlah, tiap orang kayaknya punya 'mainan' nya masing2. Selamat bersenang2 dengan menjagokan tim bola kesayangan masing2, tp jangan rusuh ya...
Eh satu lagi, kalau piala dunia gw punya jago...Brasil...Kenapa? Kita bahas lain kali deh...
Lokal gw jagoin tim2 bola Jawa Timur. Persik, Arema, Persebaya, Persedikab dll. Yg lain gak masuk hitungan hehehe...
Peace!!!
Pendukung MU cuma bisa senyum kecut sambil menjanjikan pembalasan di leg kedua yg akan digelar di kandang MU.
Gw ngelihatnya aneh aja. Geli kadang-kadang. Kenal kagak pernah ketemu jg kagak, tp ulah penggemar bola di Indonesia memang unik. Ngebelain tim2 kesayangannya sampai segitunya. Ada yg dibelain begadang sampe pagi nonton bareng pertandingan timnya di rumah atau di kafe-kafe dgn resiko besoknya ngantuk di kantor atau di sekolah/kuliah. Beli merchandise yg harganya selangit. Ikutan jumpa fans dengan pemain2 kesayangannya. Kalau perlu sampai dikejar ke Thailand atau Singapura bila bintang pujaannya terlalu 'cemen' gak berani datang ke Indonesia. Atau ikutan tour ke stadion markas tim andalannya di Inggris, Italia atau Spanyol. Bisa megang rumput stadionnya aja girangnya udah kaya dapet emas sekarung. Pokoknya hal2 absurd semcam itulah. Kalau ketemu Andrea Hirata akan gw tanyain kelakuan fans bola semacam ini tuh termasuk penyakit gila nomer berapa kalau di Laskar Pelangi :)
Sebagian lain, ada yg fanatik dengan tim2 sepakbola dalam negeri meskipun nampaknya lebih pada semangat primordialisme daripada apresiasi terhadap prestasi tim. Sampai dibelain naik atap bis, kereta api, ngerampok pedagang makanan atau merusak fasilitas umum ketika tim kesayangannya menang apalagi kalau kalah.
Absurd!!! (Menurut gw sih hehehe)
Kalau gak setuju pendapat gw, (biar adil) boleh juga pertanyaan dan pernyataan di atas dilontarkan balik ke gw dengan mengganti tim sepakbola dengan nama band spt U2, Pearl Jam, G 'n R etc. Gw sadar kayaknya gw punya ke'absurd' an serupa meskipun dalam bentuk yg lain.
Ya udahlah, tiap orang kayaknya punya 'mainan' nya masing2. Selamat bersenang2 dengan menjagokan tim bola kesayangan masing2, tp jangan rusuh ya...
Eh satu lagi, kalau piala dunia gw punya jago...Brasil...Kenapa? Kita bahas lain kali deh...
Lokal gw jagoin tim2 bola Jawa Timur. Persik, Arema, Persebaya, Persedikab dll. Yg lain gak masuk hitungan hehehe...
Peace!!!
Labels:
human interest,
sehari-hari,
sepak bola
Thursday, April 01, 2010
Human Cyborg / Manusia Setengah Robot

Ingat film Terminator? Tokoh utamanya diperankan Arnold Schwarzenegger. Dia menjadi robot yang dari masa depan yang dikirim ke masa sekarang. Atau Robocop, Universal Soldiers, Solo atau untuk anda yang besar di jaman TVRI masih jadi satu-satunya tv di Indonesia pasti ingat The Six Millions Dollar Man dan Bionic Woman. Ada persamaan diantara tokoh-tokoh film tersebut. Sebagian Manusia dan sebagian Robot dengan proporsi yang berbeda-beda. Bisa juga disebut Cyborg atau cybernetic organism (wikipedia-pen). Perpaduan mesin dengan tubuh atau perasaan manusia. The Six Million Dollarman banyak unsur manusia sedangkan Terminator lebih dominan unsur robotnya. Yang pasti mereka menjadi ‘super’ diantara manusia biasa di sekelilingnya. Bisa lari lebih cepat, tenaga yang lebih kuat dan kelebihan lainnya.
Mengutip pernyataan dosen saya, Dr. Rod Giblett, manusia secara disadari atau tidak sedang mengarah menjadi Human Cyborg. Manusia setengah robot. Manusia yang mempunyai kemampuan ‘super’. Bisa jadi kita sudah pada kategori ini. Manusia beraktifitas sehari-hari dengan bantuan yang luar biasa dari teknologi. Bisa bergerak lebih cepat (dengan mobil, kereta, pesawat dll), bertenaga lebih kuat (dengan eskavator, traktor dll), bisa berkomunikasi jarak jauh dengan mudah (dengan telepon, handphone, internet dll). Semuanya dengan bantuan teknologi yang semakin lama membuat kita sangat tergantung dengannya.
Bayangkan kalau tidak ada alat transportasi, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak Jakarta-Surabaya. Atau bagaimana kelimpungannya kita ketika keluar rumah tidak bawa handphone (atau blackberry). Apa harus belajar telepati kayak jaman dulu? :)
Tapi sering kali perkembangan teknologi yang pesat ini kurang diimbangi dengan penyesuaian budaya kita. Sebagai contoh, sering kita lihat orang naik motor atau bahkan mobil menerobos lampu merah. Mungkin ini disebabkan taraf budaya kita sebenarnya masih dalam fase ‘jalan kaki’ (seperti jaman dulu yang tidak perlu pengaturan dengan lampu lalu lintas), sementara dengan kecepatan dan kekuatan motor sekarang penerobosan lampu merah bisa berakibat fatal buat diri pengendara atau orang di sekitarnya. Budayanya nggak ngejar teknologinya.
Banyak hal-hal lain yang kondisinya tidak jauh berbeda dengan contoh di atas (kurangnya penyesuaian budaya atas perkembangan jaman-pen). Misalnya, udah tahu kalu buang sampah di selokan itu bisa bikin alirannya mampet dan bisa mengakibatkan banjir, tetapi manusia toh tetep buang sampah di selokan. Udah tahu kalau banyak pohon itu akan membuat udara menjadi sejuk tetapi kenapa penanaman pohon tidak menjadi bagian yang terintegrasi dengan pembanguan perkotaan? Atau penggunaan Styrofoam untuk tempat makanan secara masiv di Indonesia tanpa adanya informasi bahwa barang-arang yang terbuat dari Styrofoam tidak akan hancur sampai ratusan tahun. Kita cenderung tergantung dengan hasil produksi teknologi baru tanpa tahu akibatnya.
Manusia yang lahir di ‘surga dunia’ kayak Indonesia ini nggak akan sadar bahwa gak ada tempat didunia ini yang seindah dan sesubur Indonesia. Lihat aja Australia. Tanah seluas itu yang subur cuma di bagian pinggir aja. Ke tengah udah gurun. Atau Singapura, pembangunan dan penghijauan berjalan bersama tapi tetep aja tanahnya cuma segitu. Kalaupun bisa diperluas dengan pengurugan lautnya pasti akan menimbulkan masalah dengan negara tetangganya.
Kata Counting Crows dalam Big Yellow Taxi, “That you don't know what you got till it's gone…They paved paradise and put up a parking lot.”
Pada akhirnya, kita toh tetep manusia yang terdiri dari daging dan darah yang membutuhkan makanan, air sehat, udara bersih dll. Kita bukan robot yang bisa di-charge dicolokan ke listrik.
Teknologi penting tapi pemenuhan kebutuhan dasar manusia tetap lebih penting. Jangan sampai unsur ‘Robot’ kita lebih dominan daripada sisi ke-‘Manusia’-an kita.
Jadilah ‘Human Cyborg’ yang bertanggung jawab. :)
Subscribe to:
Posts (Atom)