Saturday, September 26, 2009

PRODUKSI VIDEO KLIP / MUSIC VIDEO PRODUCTION




“THE RULE IS…NO RULE”.

Itu hal pertama yang disampaikan Jeffrey Obrow, seorang produser video klip dan sutradara film Los Angeles, yang mengajar kelas saya ketika membahas tentang Music Video Production atau lebih kita kenal dengan Video Klip.

REALLY???

Sebenarnya saya berharap mendapatkan sesuatu yang lebih berkesan untuk dicamkan dihari pertama kelas produksi video klip yang saya ikuti di University of Southern California ini. Karena Jeffrey sudah malang melintang di dunia videoklip Amerika sejak tahun 80-an. Dia telah memproduseri video klip band-band rock jaman itu (salah satunya adalah Tesla).

Setelah beberapa waktu kemudian (dasar telmi ^_*), saya baru sadar bahwa yang dimaksud “THE RULE IS…NO RULE” bukannya kita bisa seenaknya saja mengerjakan karya tanpa tahu apa-apa tentang teori yang dipakai. Kata NO RULE baru bisa dipakai ketika kita sudah memahami RULE dalam produksi video klip, yang sebenarnya banyak mengambil dan menggabungkan teori dan metode dalam produksi film.

Ketika kita sudah paham tentang aturan komposisi, angle, framing, cutting, editing beserta teknik montage, slow motion, lighting dan lain-lainnya, barulah NO RULE-nya Jeffrey bisa kita terapkan dengan mengkombinasikan, memodifikasi bahkan ‘mengacak-acaknya’-nya dalam karya video klip kita. Disitulah baru bisa diterapkan prinsip Jerfrey tadi.

Sebagai contoh: dalam aturan komposisi konvensional, ada yang namanya looking room, yaitu ruang/space yang cukup di depan wajah orang dalam suatu komposisi sehingga tidak mengesankan wajah orang itu menempel ujung frame (seperti ‘kejedot’). Dalam video klip hal ini boleh saja dilakukan untuk mendramatisir gambar, bahkan boleh juga wajah orang itu hanya terlihat separuh di layar.

Contoh lain: continuity adegan dan CUTTING sangat diperhatikan dalam film (kecuali film eksperimental), di video klip gambar boleh meloncat-loncat dari adegan di panggung ke adegan nyanyi di jalanan terus ke adegan drama di sebuah kamar. Disambung secara berselang-seling tanpa berurutanpun masih terlihat OK selama gambarnya bisa menghibur mata penonton. Atau gambar sedikit blur/buram tidak focus yang di film dianggap ‘haram’ di video klip masih boleh-boleh saja. Itulah kenapa Bignell dan Orlebar (2005), beranggapan bahwa MTV yang banyak menampilkan video klip hanya menampilkan materi siaran yang dangkal, tanpa pesan kecuali hanya ‘perintah’ untuk membeli (CD atau lagu dari artis yang disiarkan).

Menurut Chris Painter (class guest speaker dan sutradara video klip), video klip bisa didefinisikan sebagai metafora/perlambang visual untuk musik.
Chris menyebutkan dua ‘bumbu’ untuk membuat video klip yang baik, yaitu:
1. Charismatic Performance dari artis/band.
2. A Great Concept untuk menggambarkan isi lagu.

Dari ide konsep ini sutradara menjabarkannya dalam bentuk Director’s Treatment. Bagian yang paling sulit adalah meyakinkan band/artis dan produser untuk mempercayai dan mendukung konsep yang kita buat (kecuali elo sutradara berpengalaman dengan ratusan karya video klip sukses, produser dan artis yang nurut sama sutradara). Setelah mencapai kesepakatan akan konsep video klip yang akan diproduksi, sutradara membuat perencanaan produksinya dalam bentuk shot list atau storyboard secara detail untuk menjadi panduan selama shooting. Disini keluarkanlah semua ‘jurus’ yang mungkin dilakukan (slow motion, pergerakan kamera yang dinamis, band yang atraktif, talent yang menjiwai, lighting yang unik dll). Setelah shooting, kemudian dilanjutkan dengan proses editing. Proses selanjutnya tentang distribusi untuk promosi termasuk pemilihan stasiun TV, jam tayang, bentuk iklan dll, menjadi tanggung jawab produser atau label atau band/artis.

Sumber inspirasi bisa dari:
1. Video klip lain
2. Film
3. Majalah (music, fashion, bahkan politik)
4. Internet

Di hari lain, Rob Newman (produser video klip Backstreet Boys, Michael Jackson, Whitney Houston) memberi tips untuk menjadi sutradara yang baik, yaitu:
1. Taste. Punya ‘rasa’ yang unik atas lagu yang akan dituangkan dalam konsep dan digarap menjadi video klip
2. Style. Punya gaya tersendiri dalam mengeksekusi vido klip.
3. Motivator. Sutradara yang baik adalah motivator yang efektif bagi band/artis, talent dan crewnya.

Sedangkan Randi Wilens dari RW Media California (produser video klip Cranberries, Marlyn Manson, Bahamen) berpendapat bahwa dalam pembuatan video klip, LAGU merupakan unsur terpenting.
“BAD SONG + GOOD MUSIC VIDEO = BAD MUSIC VIDEO”.

Kesimpulannya adalah meskipun masih bisa diperdebatkan, tetapi pendapat Jeffrey Obrow bahwa “THE RULE IS…NO RULE” ada benarnya. Karena dari pengalaman beberapa yang berkecimpung di industri video klip Amerika di atas, kita dapat menangkap bahwa tidak ada satu formula ajaib yang disetujui setiap orang untuk menghasilkan video klip yang baik. Tiap sutradara punya taste dan style sendiri-sendiri.

Jadi buatlah video klip sebanyak-banyaknya, seliar-liarnya dan gunakan atau ‘hancurkan’ teori film, komposisi, angle, lighting secara eksperimental. Siapa tahu langkah tersebut akan menghasilkan karya video klip yang unik dan berhasil di industri.


Contoh video klip saya (dibuat dengan kamera film 8mm /Super 8mm) bisa dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=lmHfGdAf-_M

dan di
http://www.youtube.com/watch?v=3cdPHEbPupI



Reference:

Bignell, J. and Orlebar, J. (2005). The television handbook. London and New York: Routledge

No comments: