Saturday, December 08, 2012

Kerja di kafetaria kampus



Lagi ngirisin rainbow cake kiriman temen, jadi inget waktu kerja di kafe dan kebagian ngirisin kue-kue buat dessert. Satu hal yang paling menakutkan dari banyak hal yang harus dikerjakan selama kerja di kafe itu. Takut berantakan man, ‘presentation’ itu hal penting dalam seni menyuguhkan makanan. Lha, black forest adalah salah satu yang nggak mau berteman baik ama gw. Susah rapinya kalo di iris. Mleyo-mleyot. Tart apalagi.  Pie mending lah, meski isinya keluar-keluar. Mana diawasin terus sama managernya :)

Waktu itu gw kerja di salah satu kafetaria kampus gw. Namanya EVK. Di bidang pekerjaan kasar macam ini, orang Indonesia termasuk juaranya dan mendominasi percaturan pekerja kafe-kafe di kampus ini. Sementara student bangsa lain suka ngeluh dan gak tahan lama kerja restoran macam gini, student dari Indonesia termasuk paling betah dan mau ngelakuin apa aja asal argo jalan terus. Dalam dollar lagi hehehe. Malah sampai ada yang jadi supervisor. Ceritanya, kalau di Indonesia beliau ini seorang dokter. Selama ambil S-2 di University of Southern California, Los Angeles ini, beliau kerja di kafetaria kampus. Semakin dipercaya managemen, jadinya beliau punya ‘wewenang’ untuk merekrut tenaga baru. Ada yang dari India, China, dan paling banyak dari Indonesia tentunya. 

Gak cuma di kafe tempatku kerja, di kafe-kafe lain di kampus ini (kampus ini kafenya banyak) juga ada aja student dari Indonesia yang kerja di situ. Gak cuma student malah, yang menguasai pasar sushi di sini ternyata seorang ibu asal Malang Jawa Timur. Pingin ketawa kalau lihat orang Jepang makan siang pakai sushi yang sebenarnya mengandung sentuhan Jawa Timur. Sushinya Ojo dikasih sambel pecel ya bu hehehe

Melihat  peluang itu, akhirnya aku join di salah satu kafetaria. Untuk cari pengalaman dan tambah penghasilan. Per jam-nya 6,5 dollar. Termasuk keren waktu itu dan katanya udah masuk UMR Los Angeles. Gak tau bener apa nggak, tapi yang jelas harga paket burger+frech fries+cola aja masih sekitar 2,5 dollar. Jadi kalau kerja 1 jam aja udah bisa makan junk food 2 kali + ongkos bis kota :) 
Padahal sehari kerja bisa 8 jam. Fiuh...

Kerjanya all-round. Dari jadi bagian serving, runner (bersihin meja dan isi stock2 makanan yang kosong), ngurusin dessert, sampai bagian cuci piring. Tiap hari dirolling, jadi tiap dateng harus lihat dulu info di papan pengumuman untuk tau tugas apa hari ini.
Workin' @ EVK, USC LA
Hari pertama, karena rambut gondrong (metal forever), gw harus pake hair net. Cool, keren, kayak anak gang meksiko hehehe. Kalau nggak ya kayak anak gang sebelah lah hehehe. Karena gak punya, gw dikasih sama ibu-ibu baik hati bernama Maria. Temen kerjanya adalah beberapa anak S-2 dari Indonesia yang sama-sama cari tambahan duit, 2 anak India yang cuma tahan beberapa hari, 1 anak Taiwan/China yang cuma masuk sehari trus gak keliatan lagi besokannya. Ada juga dua anak muda keturunan meksiko. Mereka baru lulus SMA tapi belum bisa masuk college karena kurang biaya. Uniknya keduanya bernama Jesus (dipanggil Hesus). Trus ada temen cuci piring (gw lupa namanya), cewek afrika amerika berbadan besar yang rajin ngumpat seperti di film-film hollywood kalau cucian piringnya lagi bejibun. Selain itu banyak bapak-bapak dan ibu-ibu latino di bagian masak. Managernya juga latino. Mana orang bulenya ya, kayak nggak di amerika hehehe...

Enaknya disini, karyawan boleh makan apa aja yang ada di situ ketika jam istirahat makan. Berat badanpun langsung melonjak man hehehe. Dari ‘dunia ngirit’ kemudian masuk ke ‘dunia bebas makan’. Dari sereal, main course sampe dessert boleh di makan. Tapi gak boleh dibawa pulang. Meskipun kalau udah malam tetep aja kita bawa pulang sama-sama. Daripada dibuang. Mubazir hehehe. Juga sebagai bentuk perlawanan terhadap manajemen restoran modern yang memilih membuang makanan daripada dikasi ke pekerjanya. Buruh bersatu dimanapun jua hehehe

Beberapa hal yang gw pelajari, standar kebersihannya dahsyat. Ketika serving makanan harus pakai sarung tangan plastik. Sarung tangan disediain dalam jumlah tak terbatas. Kalau pas pake sarung tangan garuk-garuk badan, harus langsung ganti sarung tangan. Nerima piring yang sudah dipegang customer, ganti sarung tangan. Apron (celemek) sekali pakai. Selesai shift langsung dimasukin kantong laundry. Untuk cuci piring, setelah di semprot pake air tekanan tinggi, dimasukin ke mesin pencuci dengan suhu tinggi. Sempet ada temen dari Indonesia yang buang ingus di wastafel tempat cuci handuk lap meja (bukan tempat cuci tangan lho), diomelin sama yang lain. “Hey man, you’re in trouble man...do your thing in the restroom!”

Melelahkan tapi seru. Sedikit kenal dengan kehidupan ‘grass root’ orang Amerika. Karena mau test, gw harus mengakhiri ‘karier’ pendek gw di bidang ini. Terakhir jadi kasir.

Friday, November 02, 2012

Radio Travellers: Penjelajah Radio...Penjelajah Gelombang (bagian terakhir dari 5 tulisan)


Promo Tour di Sidoarjo
Back to the Map

Kembali ke cerita tentang Radio Travellers. Selepas proyek The Souvenir, menikah, nyelesain S-2 di ECU Perth kemudian tinggal dan kerja di Jakarta, ketemu lagi dengan Rian (Es Teh Tawar). Setelah personil komplit bareng Qeli (bass) dan Budiwan ‘Ucogh’ Nasution (drum), Radio Travellers mulai masuk studio untuk merekam materi. Jadi 8 lagu dalam jangka waktu satu tahun (2008-2009), yaitu: “Ingkari”, “Around You”, “Falling Down”, “M&B”, “Waktu Kita”, “DigDeepDownSong”, “Alright” dan “Sunrise” (ada di www.myspace.com/radiotravellers). 

2 materi lagi belum sempat direkam berjudul  “Alhamdulillah” dan “Abaikan yang Menyakiti”. Kalau ada yang tertarik hubungi aku ya hehehe..

Wawancara & live akustik di DJFM Surabaya
Di radio Prambors Surabaya
Di radio 'ebs' Surabaya
Di radio Istara Surabaya
Lagu-lagu Radio Travellers di jual lewat pestamusik.com. Sempat promo tour radio ke Surabaya dan Sidoarjo. Wawancara dan live akustik di Istara, EBS, DJFM, Prambors Surabaya dll. Edo (gitar) sempat bantu di tour ini. Manggung juga di Sidoarjo. Itu tahun 2009 (http://www.facebook.com/media/set/?set=a.117938319052.98519.534974052&type=3

Performance di Grand Indonesia, Jkt
 Main di acara Indie di Grand Indonesia (http://www.youtube.com/watch?v=YDfrJODsz_w



Tahun 2011, video klip “Waktu Kita” dirilis (ada di http://www.youtube.com/watch?v=3cdPHEbPupI


dan ada info  dari teman kalau lagu Radio Travellers berjudul “M&B” ada di daftar lagu jaringan tempat karaoke terkenal. Siapa yang masukin ya? Sampai sekarang aku gak tau...

Tahun 2012 main di Anniversary program After Hours Metro TV. Tapi off air, gak masuk tipi :) 
Disini Tony Suryanto (gitar) mulai gabung.
A Gig di Anniversary After Hours

Setelah perjalanan lebih kurang 18 tahun di musik, baru tanggal 19 Oktober 2012 lalu, main LIVE di Metro TV di acara 8-11 Show. Asli LIVE...Nggak lipsync ya :) 
Dibantu juga sama Aria Helicam di keyboard. 

Kami berterima kasih atas kepercayaan tim 8-11 Show Metro TV yang ngasih kesempatan kami tampil. You guys are so brave...berani ngundang band indie macam kami. 
 
Yes...finally I can say...Hi, I’m on TV :)

Radio Travellers: Penjelajah Radio...Penjelajah Gelombang (Bagian 4 dari 5 tulisan)


The Souvenir

Balik ke Indonesia, bikin proyek mini album untuk souvenir pernikahanku. Musiknya dibuat bareng Resi dan Tommy (Es Teh Tawar) dan Dicky (Northwave). Jadi 4 lagu yaitu, “Waktu Kita”, “Untuk De’ (Kurasakan)”, “Biarlah Berlalu” dan “Ada Yang Datang Dan Pergi Lagi”. Rian yang tinggal di Jakarta mau bantuin isi gitar tapi karena kesibukannya tidak bisa hadir untuk rekaman di studio White Horse Jogja. Lagu-lagu The Souvenir ada di www.myspace.com/umoja99

Sempat pakai nama UMOJA karena dapat ide dari teman sekost-an di Perth yang dari Kenya (thanks to Anthony Odundo). Umoja adalah kata dari bahasa Swahili berati Spirit of Togetherness. Cocok untuk menggambarkan kebersamaan personil Es Teh Tawar dan Northwave dalam proyek The Souvenir ini. 

 
(to be continued)

Thursday, November 01, 2012

Radio Travellers: Penjelajah Radio...Penjelajah Gelombang (Bagian 3 dari 5 tulisan)



with Fieldy of KoRn
The Journey

Setelah Es Teh Tawar vakum, aku merantau ke US. Aku dengar Resi sempat gabung dengan Popaholic dan Tommy di band Biting. Di US, belum sempat main musik, malah belajar di Language Academy dan belajar bikin video klip di film school di University of Southern California (USC), Los Angeles. Sempet bantuin teman jadi asisten sutradara untuk video klip band metal asal Long Beach bernama Droid. Sempat pula ketemu Fieldy bassist-nya KoRn di konsernya Droid di sekitaran West Sunset Boulevard, Hollywood. Penting banget gitu? Penting dong hehehe

Wong nDeso di LA
Gak sempat bikin band malah belajar salsa dan marengge dari teman-teman latinoku. Mereka dari Venezuela, Mexico, Bolivia dan Brasil. Sungguh pengalaman yang aneh hehehe

Lanjut merantau ke Perth Australia. Sempat bikin band untuk manggung di acara 17 Agustus-an di Perth. Bandnya bernama Eleven Hours. Jadwal latihannya dari jam 11 malam sampai pagi di sebuah studio musik dekat mall Morley. Orang Indonesia semua. 4 cewek, 3 cowok. Beberapa waktu kemudian baru tahu,ternyata pemain gitarnya, Robin, adalah pemain gitar Ten to Five. Eleven Hours manggung sebelum Ten to Five rilis album. (to be continued)

with aboriginal artist