DEFINISI: ‘representasi dari kehidupan dan dunia yang kita tempati’ (Nichols, 2001).
Dokumenter adalah kendaraan (vehicle). Pembuat doco sebagai ‘sopirnya’.
Dokumenter Vs Liputan Jurnalisik
HISTORY OF DOCO
Muncul sekitar tahun 1890 an. Sejalan dengan penemuan kamera film.
Tokoh: Lumiere Bros (kamera portable dan sistem proyektor).
POPULAR REVIVAL (1920-1950)
Tokoh:
Robert Flaherty - ethnographic feature (Nanook of The North)
John Grierson – dokumenter yang disponsori pemerintah atau pengusaha (propaganda perang, pendidikan, industrialisasi)
British Documentary Movement
Canada Documentary Movenment etc.
BIG QUESTIONS
1. Dokumenter tentang apa yang ingin saya buat? (ketertarikan dan pusat perhatian pembuat doco - ‘the subject’ atau topic).
2. Apa yang ingin saya sampaikan kepada audience tentang ‘the subject’? (argumen dan point of view – ‘the thesis’).
3. Bagaimana saya akan menyampaikannya? (content, structure and style – ‘the treatment’).
MISI DOKUMENTER (menurut Renov):
1. Record, reveal or preserve
• Film Dokumenter sebagai bentuk baru arsip sejarah
• Dokumen sejarah
2. Persuade or promote
• Pendapat filmmaker terhadap suatu isu
• Menjual produk, nilai, pergerakan social, identitas budaya (bisa disposori perusahan atau pemerintah)
3. Analyse or interrogate
• Menguak tabir dari suatu kebenaran
• Menarik perhatian pada proses analisa yang dilakukan filmmaker
4. Express
• Menggunakan seni film (cinematography/editing) untuk memproduksi makna (meaning) dan efek
• Documenter sebagai ‘pleasurable learning’ (entertain)
POWER OF DOCUMENTARY
Transforming the subject
Celebrating the “Ordinary”
Filmmaker and the process
Audience Motivation/Activation
MODE/PENDEKATAN DALAM MEMBUAT DUKUMENTER (menurut Nichols):----style----
- Expository Mode
- Observational Mode
- Interactive Mode
- Reflexive Mode
CINEMA VERITE
Ciri:
1. handheld, gambar agak goyang, up close and personal
2. 1 camera, tidak ada ‘reaction shot’
3. direct location sound
4. gaya editing yang menunjukkan kekinian, continuity
5. long take, lack of action
6. tidak ada narasi
7. tidak ada pengenalan terhadap subject/topik
8. sedikit pemakaian teks
9. pendekatan jurnalistik investigasi
PEMILIHAN TOPIK
Menarik, dekat dengan masalah di masyarakat, memungkinkan untuk didapatkan gambarnya.
EKSEKUSI/PRODUKSI
1. Research
2. Shooting
WAWANCARA
1. PREPARE
Research orang yang akan diwawancarai dalam hubungannya dengan topik yang akan ditanyakan.
Buat daftar pertannyaan
Antisipasi reaksi dari orang yang akan diinterview akibat pertanyaan yang kita ajukan.
2. KNOW WHAT YOU WANT
Harus fokus dalam mengejar apa yang ingin kita dapat.
3. LISTEN TO THE ANSWER
4. DEAL WITH EVASION (‘NGELES’)
Point ini berhubungan dengan point kedua (know what we want). Bila orang yang diwawacarai ‘ngeles’ kita boleh mengulang pertanyaan sebanyak mungkin sampai kita mendapatkan jawaban yang kita inginkan atau sampai terlihat bahwa orang tersebut ‘ngeles’ atau tidak mau menjawab pertanyaan, sehingga penonton berita akan menangkap situasi tersebut.
Satu hal yang penting adalah kita harus tetap ‘Polite’ dalam mengajukan pertanyaan.
4. KEEP QUESTION SHORT
To the point
5. ASK ONE QUESTION AT A TIME
6. JANGAN GUNAKAN YES/NO QUESTION.
Jangan gunakan pertanyaan yang memungkinkan untuk dijawab YA atau TIDAK saja.
ETHIC ISSUE
Hak filmmaker Vs Hak subject participants
Buat perjanjian yang disetujui pihak-pihak yang terlibat.
Buat release form.
EDITING
Menurut Rosenthal: pada 90% kasus, cinema verite (dan lainnya?) ditemukan dan dibuat pada proses editing (pasca produksi)
- EDITING IS NOT MATHEMATIC. IT’S AN ART.
Ibarat gambar yang kita punya itu rangkaian kereta api, tugas editor adalah membuat jalannya kereta itu se ‘smooth’ mungkin. Tidak ‘gojlak-gajluk’ sehingga yang naik kereta bisa menikmati perjalanannya.
- Cari OPENING dan CLOSING shot.
Bisa establishing shot (tapi tidak harus). Yang penting gambar harus menarik perhatian orang untuk menonton keseluruhan berita (OPENING) dan meninggalkan kesan (CLOSING).
- WIDE SHOT to CLOSE SHOT
Variasi komposisi shot diperlukan untuk menghindari JUMP CUT dan memberikan inforasi secara detail melalui gambar.
- GUNAKAN GAMBAR YANG MENUNJUKKAN PERGERAKAN (MOVEMENT)
Contoh: Untuk gambar orang baca buku, ambil waktu orang tersebut membalikkan halaman buku.
- JANGAN MENYAMBUNGKAN PERGERAKAN DENGAN PERGERAKAN
Contoh: PAN disambung PAN
PAN disambung ZOOM
ZOOM disambung ZOOM dll.
- DON’T CROSS THE LINE
Perhatikan garis imajiner.
- Perhatikan SOUND (DUB dan NAT SOUND)
Terutama untuk perpindahan shot kalau ada suara yang ‘nyelip’, sebisa mungkin dihaluskan.
- JANGAN TERLALU BANYAK CUT AWAY (INTERCUT)
Lebih baik menyambung gambar dengan membuat ‘sequence’ yang teratur sehingga ‘continuity’ antar shot tetap terjaga. Bila tidak memungkinkan baru gunakan ‘intercut’.
SEQUENCES
Salah satu definisinya adalah sekurang-kurangnya 2 shot yang disambungkan dan saling mendukung.
Sequence dibuat dengan menyambungkan shot-shot dengan tetap memperhatikan kesinambungan (continuity) yang tercipta. Contoh: Presiden berpidato di podium. Bila pada shot pertama presiden memakai kaca mata, pada shot selanjutnya presiden harus tetap berkacamata. Bila tidak ‘continuity’ akan terganggu.
CAMERA WORK
General Rule: (kecuali pada Cinema Verite)
- USAHAKAN SELALU GUNAKAN TRIPOD (terutama untuk pengambilan gambar liputan berita)
Kecuali dalam keadan darurat seperti rebutan gambar atau untuk alasan keselamatan.
- JANGAN terlalu sering PAN DAN ZOOM
Gunakan STEADY SHOT dengan berbagai komposisi, framing dan angle.
Boleh PAN dan ZOOM asalkan ada alasannya.
- UNTUK INTERVIEW SELALU PERHATIKAN:
Looking Room: ruang kosong di depan pandangan mata orang yang diwawancarai.
Head Room: ruang kosong di atas kepala orang yang diwawancarai.
Posisi obyek jangan terlalu menyamping atau akan terlihat seperti gambar dua dimensi/wayang kulit.
- Hati-hati dengan CROSSING THE LINE.
Bila mengambil gambar dari sebelah kiri untuk selanjutnya juga harus selalu dari sebelah kiri. Kalau akan berubah mengambil gambar dari kanan harus ada cut away/intercut untuk memudahkan dalam proses editing.
- Berpikirlah bahwa gambar yang di shoot adalah untuk kepentingan editing.
- AMBIL GAMBAR YANG DAPAT DISUSUN MENJADI SEQUENCE.
Misalkan gambar 1. Wide Shot Orang jalan ke meja, kalau bisa gambar kedua adalah Medium Shot atau Close Up Orang itu sudah dekat meja, duduk dan akan menandatangani kertas di meja.
- AMBIL NATSOUND
Kalau ada lagu yang mendukung berita ambil gambar dengan berbagai angle tanpa mematikan kamera sehingga lagu tersebut terekam secara lengkap. Contoh: upacara bendera, penyambutan tamu negara dan konser musik.
KESIMPULAN
YANG DIPERLUKAN DALAM MEMBUAT FILM DOKUMENTER
- RENCANAKAN BUKTI VISUAL YANG AKAN DIREKAM
- KENALI KETIKA GAMBAR YANG DIPERLUKAN MUNCUL DI DEPAN MATA
- SELEKSI DAN SUSUN HASIL REKAMAN UNTUK MEMBUAT ARGUMEN VISUAL YANG BISA DINIKMATI DAN KALAU BISA DIPERCAYAI AUDIENCE.